KEISTIMEWAAN & MUKJIZAT AL-QUR’AN (5)*

Al-Qurân dimudahkan untuk diingat dan dipahami

Diantara keistimewaan Al-Qur’ân yang agung adalah, ia dimudahkan untuk diingat. Dan sungguh Kami telah memudahkan Al-Qur’ân untuk diingat, maka adakah orang yang mengingatnya?!(Al-Qamar: 17).

Kapan pun di kala siang maupun malam dan di tempat suci mana pun seseorang boleh berjumpa dengan Al-Qur’ân.

Bisa jadi pembacaan Al-Qur’ân terbatas pada waktu-waktu atau tempat-tempat tertentu, semisal di masjid, tetapi Allah telah menjadikan hal-hal ini bisa ditemukan dengan mudah demi memberi kesempatan semua orang untuk bertemu dengan Al-Qur’ân pada saat-saat yang sesuai dengan mereka. Dan ini—tak ayal—memberikan keistimewaan besar pada Al-Qur’ân untuk menyerap semua orang di berbagai macam kondisi dan keadaan mereka.

Sapaan untuk umum dan sapaan untuk orang-orang tertentu

Disamping kemudahan Al-Qur’ân untuk dibaca kapan pun dan dimana pun, begitu pula Al-Qur’ân dimudahkan untuk dipahami. Sapaan ayat-ayatnya ditujukan untuk orang umum maupun orang khusus.

Dr. Darrâz mengatakan,

Kedua tujuan ini sulit dicapai manusia. Kalau Anda menyapa orang-orang pandai dengan sapaan terang-terangan dan terbuka seperti ketika menyapa orang-orang umum, niscaya Anda membuat mereka turun derajat ke level yang tak mereka sukai dalam pembicaraan.

Dan kalau Anda menyapa orang-orang umum dengan ucapan sepintas lalu dan berupa isyarat seperti ketika berbicara kepada orang-orang pandai, niscaya Anda telah membebani akal mereka dengan sesuatu yang tak mereka mampui. Maka, jika Anda ingin memberikan porsi sempurna dalam penjelasan Anda kepada masing-masing kelompok ini, Anda harus berbicara kepada mereka menggunakan sapaan masing-masing yang sesuai. Seperti ketika Anda menyapa anak kecil dengan bahasa yang bukan untuk orang dewasa.

Adapun satu kalimat diperuntukan bagi orang-orang alim dan orang-orang bodoh, para cendekia dan orang-orang dungu, rakyat jelata dan para raja, lalu masing-masing merasa sesuai dengan ukuran akal dan kebutuhannya, maka hal itu tak bisa Anda temui dengan begitu sempurna, kecuali di dalam Al-Qur’ân.

Ia hanya Al-Qur’ân semata yang para ahli bahasa melihatnya sebagai: sebaik-baik perkataan dengan ungkapan-ungkapan yang paling baik. Orang-orang umum juga melihatnya sebagai perkataan yang paling baik, paling mendekati akal-akal mereka, tidak berbelit-belit bagi pemahaman mereka, tidak memerlukan penerjemah di balik peletakan bahasanya—dan ia merupakan kesukaan bagi orang umum maupun orang khusus. Dimudahkan bagi semua orang yang menginginkannya. Dan sungguh Kami telah memudahkan Al-Qur’ân untuk diingat, maka adakah orang yang mengingatnya?!(Al-Qamar: 17).

Irit kata namun sempurna maknanya

Diantara sarana pemudahan Al-Qur’ân sebagai bacaan adalah: ia berupa kitab yang ringkas, meskipun makna-maknanya sangat luas. Diperlukan kitab berjilid-jilid besar untuk memaparkan makna-maknanya.

Pembaca yang budiman, khayalkan bersama saya kalau Al-Qur’ân itu berjilid-jilid jumlahnya, apakah manusia akan menerimanya? Apakah memungkinkan mereka membaca kitab ini dari awal hingga akhir, ataukah mereka akan merasa ngeri lebih dulu dan malas menyelesaikan bacaannya?!

Keringkasan yang mengagumkan ini menyatukan antara keiritan kata dan kepuasan makna. Dua hal yang berlawanan ini tak mungkin bisa bertemu di dalam perkataan mana pun selain di dalam Al-Qur’ân, sebagaimana yang dikatakan oleh Dr. Darrâz.

Tulisan yang berusaha menghemat kata dan tidak memaparkan kata-kata yang ada, kecuali sebatas keperluan maka sedikit banyak hal ini akan menjadikan tulisan sulit menghindari kesusahan pemaknaan. Kehati-hatian akan membawa seseorang berlaku ganda dan berlebih-lebihan. Ia akan berusaha menyatukan batas-batas yang ada dan membuang apa yang bisa dibuang, mulai dari instrumen pembuka, stimulasi, pernyataan, penguatan, dan lain sebagainya yang diperlukan oleh jiwa dalam sebuah uraian penjelasan; hingga akhirnya menghasilkan sepotong baju yang kekecilan dan tak sesuai tujuan, atau menghasilkan kerangka tulang yang tak terbungkus daging dan urat saraf. Betapa banyak kejadian, satu huruf yang hilang dari perkataan menyebabkan hilangnya kecairan dan keindahan kata serta menutupi matahari kefasihannya.

Sementara tulisan yang berusaha memenuhi kebutuhan makna-makna, jeli pada setiap unsurnya, menampakkan semua detail yang seharusnya tak perlu ditampakkankarena merasa tak puas dengan kata yang minim, sehingga membuatnya memilih menyampaikan risalah secara sempurna. Ketika seseorang berusaha memenuhi semua kebutuhan makna ini, maka ia tengah menjauhkan batas-batas perkataannya dan memperlambat Anda mencapai tujuannya. Sehingga Anda pun merasa bahwa kekuatan aktif dan energi pembangkit penerimaan Anda mulai menurun dan hilang.1

jika Anda suka melihat bagaimana kedua tujuan ini menyatu secara sempurna tanpa jeda dan tanpa terputus maka lihatlah kalimat-kalimat yang mana pun di dalam Al-Qur’ân, di sana Anda akan mendapati penjelasan telah ditakar dengan sebaik-baiknya berdasarkan kebutuhan jiwa. Sehingga Anda pun tidak merasakan adanya ukuran yang terlalu berlebihan maupun yang terlalu berhemat.

Kalimat-kalimatnya akan memberikan semua makna kepada Anda dalam bentuk yang jernih dan penuh. Jernih karena tak dicemari oleh hal-hal yang asing darinya. Dan penuh karena tak ada sesuatu yang menyimpang dari unsur-unsur aslinya dan tambahan-tambahan penyempurnanya… Semua itu dalam rangkaian yang paling ringkas dan paling jelas.

bukalah halaman mana pun dari Al-Qur’ân lalu hitunglah kalimat-kalimat di situ. Kemudian hitung pula kalimat dari ungkapan-ungkapan terbaik yang Anda pilih dari selain Al-Qur’ân, lalu lihat prosentase makna yang dimuat oleh kata-kata ini dengan kata-kata Al-Qur’ân. Lihat, berapa kata yang bisa Anda buang atau Anda ganti dari kalimat-kalimat lain itu tanpa merusak tujuan pengucapnya? Lalu, kata-kata apakah yang bisa Anda buang atau Anda ganti dari Al-Qur’ân?

Kitab Allahsebagaimana yang dikatakan Ibn `Athiyyahkalau satu kata saja diambil darinya kemudian lidah Arab mencari satu kata yang lebih baik darinya, maka tak akan menemukan kata itu. Bahkan Al-Qur’ân adalah seperti yang didiskripsikan oleh Allah, … sebuah Kitab yang ayat-ayatnya disusun rapi serta dijelaskan dengan terperinci; diturunkan dari sisi Dzat yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui (Hûd: 1).2

Al-Qur’ân seluruh kalimatnya ringkas

Seluruh kalimat Al-Qur’ân berupa kalimat yang ringkas, baik pada kalimat-kalimat penjelasan globalnya maupun kalimat-kalimat perinciannya. Al-Qur’ân selalu memilih kata yang paling pendek dalam melahirkan makna yang paling banyak. Iya, itulah fenomena menonjol yang ada pada seluruh kalimat-kalimat Al-Qur’ân, baik di tempat-tempat penjelasan global yang oleh orang-orang disebut dengan nama îjâz (ringkas) maupun di tempat-tempat penjelasan terperinci yang oleh orang-orang disebut dengan nama ithnâb (panjang lebar). Meskipun begitu, kami menyebut semuanya sebagai îjâz (ringkas). Karena tak ada satu kata pun di dalam Al-Qur’ân disebut, kecuali merupakan kunci bagi suatu faedah yang agung; dan tak ada satu huruf pun di dalam Al-Qur’ân disebut, kecuali karena suatu makna.3

* * *

1 Idem, 138-139.

2 Muhammad `Abdullâh Darrâz, Al-NabaAl-`Azhîm, h. 141-142

3 Idem, h. 158-159.

Tinggalkan komentar