KEISTIMEWAAN & MUKJIZAT AL-QUR’AN (9)*

Al-Qurân adalah sang penyelamat dan pembebas dari berbagai fitnah yang telah ditunjukkan oleh Rasulullah Saw.

Rasulullah Saw. telah memberitahu kita bahwa akan ada masa-masa perpecahan, kekalahan, dan fitnah yang dilalui umat Islam. Beliau Saw. juga memberitahukan bahwa umat-umat lain akan tamak melahap umat Islam dan mengalahkan umat Islam. Lalu Nabi juga telah memberitahukan bahwa sebab di balik itu semua adalah kecintaan umat Islam pada dunia dan kebenciannya pada kematian. Atau dengan kata lain, lemahnya keimanan dan dominasi hawa nafsu pada hati.

Diriwayatkan dari Tsauban r.a. bahwa Nabi Saw. bersabda, “Umat-umat itu nyaris berbondong-bondong dan saling mengajak, untuk menyerang kalian. Persis orang-orang yang suka makan diajak pada jamuan makan”. Salah seorang bertanya, “Apakah saat itu kita minoritas?” “Saat itu kalian justru berjumlah banyak, tetapi kalian buih seperti buih yang dibawa banjir, Allah benar-benar akan menghilangkan rasa takut dari dada-dada musuh itu kepada kalian; dan Allah benar-benar akan melilitkan kelemahan pada hati kalian”. Salah seorang bertanya, “apakah penyebab kelemahan itu, wahai Rasulullah?” “Cinta dunia dan membenci kematian.1

Beliau Saw. juga telah memberitahukan kepada kita bahwa jalan keluar dari semua fitnah dan kelemahan itu adalah Al-Qur’ân. Karena Al-Qur’ân mampu menangani penyebab-penyebab yang mengakibatkan umat menjadi lemah dan hina di hadapan Allah.

Dari Hârits Al-A`war, ia mengatakan: Saya melewati sebuah masjid dan mendapati orang-orang tenggelam dalam berbagai macam pembicaraan. Lalu saya masuk menemui `Ali r.a. dan saya katakan, “Wahai Amirul Mukminin, tidakkah Anda melihat orang-orang telah tenggelam dalam berbagai macam pembicaraan?”

“Apakah mereka telah melakukannya?” tanyanya.

“Iya,” jawab saya.

“Saya mendengar Rasulullah Saw. pernah bersabda, ‘Waspadalah, karena sesungguhnya akan terjadi fitnah.’

“Apakah jalan keluarnya dari fitnah tersebut, wahai Rasulullah?” tanya saya kepada Rasulullah. Dan Rasulullah menjawab:

Kitab Allah. Di dalam Kitab Allah terdapat berita mengenai hal-hal sebelum kalian dan berita mengenai hal-hal setelah kalian. Ia telah memberikan kebijakan atas perkara yang terjadi diantara kalian. Ia adalah pemisah antara yang benar dan yang batil, dan ia sama sekali bukan senda-gurau. Penguasa yang sewenang-wenang yang meninggalkan Kitab Allah, maka akan dihancurkan oleh Allah. Orang yang mencari petunjuk pada selain Kitab Allah maka akan disesatkan oleh Allah. Ia adalah tali Allah yang sangat kuat. Ia adalah petunjuk yang bijak. Ia adalah jalan yang lurus. Kitab Allah-lah yang tak bisa dibelokkan oleh hawa nafsu. Ialah yang tak bisa diambigukan oleh bahasa. Ia yang membuat ulama selalu merasa kurang. Ia yang tak menimbulkan banyak penolakan. Ia yang tiada habis keajaibannya. Ia yang membuat jin tak pernah selesai mendengarnya sampai ia mengatakan, Sesungguhnya kami telah mendengar Al-Qur’ân yang menakjubkan; (yang) menunjukkan pada kebenaran,(Al-Jinn: 1-2). Siapa yang berkata dengannya maka ia benar. Siapa yang beramal dengannya maka diberi pahala. Siapa yang memberi keputusan dengannya maka adil. Dan siapa yang mengajak kepadanya, maka ia menunjukkan pada jalan yang lurus.2

Rasulullah Saw. telah menguatkan makna di atas dalam sabdanya kepada Hudzaifah bin Al-Yamân ketika beliau memberitahu Hudzaifa tentang perselisihan dan perpecahan yang akan terjadi sepeninggalnya. Mendengar itu Hudzaifah bertanya kepada Rasulullah, “Wahai, Rasulullah! Apa yang Anda perintahkan jika saya menjumpai hal itu?”

Pelajari Kitab Allah dan amalkan isinya! Itulah jalan keluar dari bencana tersebut.”

Hudzaifah mengatakan, “Saya mengulangi pertanyaan di atas sampai tiga kali dan jawaban Rasulullah Saw. sebanyak tiga kali menyebutkan, ‘Pelajari Kitab Allah dan amalkan isinya! Itulah juru selamatnya.’”3

* * *

1 Hadis sahih, diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Abu Dawûd. Disahihkan oleh Imam Al-Albâniy di dalam Al-Silsilah Al-Shahîhah, hadis no. 918.

2 Diriwayatkan oleh At-Tirmîdzî, Al-Dârimî, dan Al-Baihaqî dalam Al-Syu`ab.

3 Diriwayatkan oleh Abu Dawûd, Al-Nasâi, dan Al-Baihaqî di dalam Al-Syu`ab; juga oleh Al-Hâkim di dalam Al-Mustadrak, ia mensahihkan hadis ini yang kemudian disepakati oleh Al-Dzahabiy.

Tinggalkan komentar